The Corporate Problems…
Keberhasilan
perusahaan secara umum diukur dengan sustainable profit, artinya, laba
yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Namun karena berbagai
faktor, peningkatan laba perusahaan, ternyata tidak mudah untuk
dipertahankan. Salah satu faktor terpenting dalam menunjang keberhasilan
perusahaan adalah kinerja & kepuasan karyawan (employee performance
& satisfaction).
Namun
banyak perusahaan yang mengeluh akan kinerja pegawainya. Para manager
HRD atau kepala personalia mengatakan bahwa masalah yang sering muncul
adalah rendahnya motivasi kerja, konflik antar pekerja/departemen, dan
tingginya tingkat stress. Kedua hal tersebut ditandai dengan jumlah
karyawan yang tidak masuk, tidak tercapainya target perusahaan, hubungan
yang tidak harmonis antar karyawan/departemen, dan tingginya biaya
kesehatan (mayoritas karena psikosomatis/stress).
Mengambil
data survei yang dilakukan oleh Dale Carnegie Institute, pada 12.000
karyawan di dunia, 12% masalah timbul karena lack of technical
knowledge, dan 88% diantaranya karena masalah emosional. Ada beberapa
masalah yang sering muncul ke permukaan yaitu:
• Tingkat absen tinggi (karena sakit)
• Angka kecelakaan kerja tinggi (karena kurang konsentrasi)
• Target laba tidak terpenuhi (karena motivasi kerja rendah/stagnan)
• Jumlah pekerja yang stress tinggi (dibuktikan dengan tagihan dari psikiater)
• Tingkat pelayanan customer rendah (pada front liner dan customer service)
• Tingkat turn over tinggi
Dari
survei tersebut, juga muncul data mengenai beberapa langkah teknis yang
sudah dilakukan, seperti peningkatan standar gaji, penyelenggaraan
pelatihan teknis, dan pencanangan berbagai program bonus untuk
merangsang semangat kerja karyawan, namun ternyata masalah-masalah di
atas masih sering muncul.
Solusi yang menurut penelitian Gallup Consulting cukup sukses mereduksi sebagian besar masalah tersebut adalah:
1.Meningkatkan kualitas kerja karyawan (Employee Performance)
2.Meningkatkan Kepuasan kerja karyawan (Employee Satisfaction)
Pada
gilirannya, kedua hal tersebut berdampak langsung pada peningkatan
profit perusahaan yang terus tumbuh (sustainable profit).
Apabila
perusahaan hanya fokus pada pencapaian target (performance) tanpa
memperhatikan kesejahteraan karyawan, maka yang terjadi adalah tingkat
turn over yang tinggi. Jika hal ini dibiarkan, maka biaya yang
dikeluarkan untuk merekrut dan mendidik karyawan baru, cukup besar.
Apabila perusahaan hanya fokus kepada peningkatan kepuasan kerja
(satisfaction), maka laba akan cenderung rendah. Yang lebih parah jika
kedua hal tersebut diabaikan, maka kemungkinan untuk gulung tikar akan
sangat tinggi. Hanya perusahaan yang fokus pada pencapaian target
sekaligus kesejahteraan karyawaan (performance & satisfaction) yang
akan menuai sukses jangka panjang (sustainable profit). Dalam rangka
mencapai “employee performance & satisfaction” inilah yang menjadi
fokus utama training SEFT ini.
Kami
memberikan skill praktis agar karyawan dapat meningkatkan internal
motivation-nya secara mandiri. Kami menamakan teknologi ini: DEEP SEFT,
yaitu teknik memprogram pikiran sadar & bawah sadar serta energy
tubuh kita untuk meningkatkan kinerja. Tidak ada kata-kata heroik yang
penuh semangat, tidak ada musik yang hingar bingar untuk memotivasi,
cukup berikan “teknik praktis dan skill aplikatif”, maka karyawan akan
memotivasi dirinya secara mandiri kapanpun diperlukan.
Sedangkan
untuk memastikan karyawan tidak salah arah, kami menawarkan HOPES
(Holistic Person Empowerment System) untuk memberikan peta, arah mana
yang harus dituju untuk mencapai ultimate success and happiness
(employee performance & satisfaction).
Apa Hubungan antara “keberuntungan karyawan (Individual Good Luck)” dengan “Kesuksesan Perusahaan (Company Achievement)”
Materi
“Luck factor” adalah materi yang dinanti-nantikan oleh peserta
training karena sangat berkaitan dengan “keberuntungan hidup” mereka. Di
akhir training para peserta (karyawan) dengan semangat mempraktikkan
“LoGOS Lucky Life”, karena ada garansi 7 minggu dijamin meningkat
keberuntungannya.
Dari
sisi perusahaan, saat para karyawan dengan suka rela mempraktikkan
prinsip-prinsip keberuntungan itu, perusahaan akan sangat diuntungkan.
Karena Prinsip-prinsip yang perlu dipraktikkan untuk meningkatkan
keberuntungan hidup mereka diantarnya adalah:
1.Memiliki pikiran dan hati yang selalu terbuka pada ide baru, orang baru dan pengalaman baru
2.pekerjaan sebagai sebuah “misi” (untuk melayani) bukan hanya sebuah “karir” (hanya mementingkan diri sendiri)
3.Selalu berprasangka baik pada orang lain, optimis dan bekerja sepenuh hati
4.Menyikapi kegagalan sebagai batu loncatan untuk keberhasilan
Yang
Paling penting: memiliki “LoGOS Spirit” (semangat untuk mencintai
Tuhan, melayani semua mahluk-Nya dan memperbaiki diri terus-menerus)
Jadi
walaupun karyawan mempraktikkan prinsip “LoGOS Lucky Life” ini demi
kepentingan mereka sendiri (dengan suka rela tanpa paksaan), tapi hal
ini secara langsung berdampak pada budaya perusahaan yang High
Performance & High Satisfaction:
Menetralisir konflik antar karyawan/departemen (In harmony with all creature)
Memiliki semangat keterbukaan dan perubahan (Open Mind & Open heart)
Menjadikan pekerjaan sebagai sarana ibadah mereka (Loving God)
Meningkatkan semangat pelayanan yang tulus pada sesama karyawan dan customer serta semua stake holder (Blessing others)
Bertekad kuat untuk memberikan yang terbaik dan memperbaiki diri terus menerus (Continuous Self Improvement)
Rich of Practical Skills & Life Changing Inspirations
Perusahaan
yang mengikutkan karyawannya dalam berbagai training motivasi, tentunya
mengharapkan motivasi yang didapat setelah pelatihan dapat
dipertahankan dalam waktu yang cukup lama. Sehingga diharapkan pula,
motivasi yang sustainable ini dapat meningkatkan performance perusahaan.
Namun, yang biasanya terjadi adalah sebaliknya, satu bulan pertama
setelah training, kinerja karyawan tersebut memang meningkat drastis,
namun semangat kerja tersebut menurun secara gradual pada tiga bulan
berikutnya. Sehingga muncul yang disebut dengan motivation training
addict. Hal ini terjadi karena pelatihan motivasi biasanya menggunakan
pendekatan yang bersifat high intensity, low sustainability.
SEFT
(Spiritual Emotional Freedom Technique) Training menawarkan proses dan
hasil yang berbeda. Pelatihan SEFT, menggunakan strategi low intensity,
high sustainability. Dengan fokus pada pemberdayaan (mengajarkan
keterampilan spesifik) dan menekankan hasil jangka panjang.
Materi
pelatihan ini didesign agar setiap peserta dapat langsung mempraktekkan
SEFT untuk masalah masing-masing. Di akhir pelatihan, peserta
diharapkan dapat menguasai teknik ini dengan baik, sehingga bisa
menerapkan untuk diri sendiri dan untuk membantu orang lain.
Jadi
ketika masalah fisik atau emosi, tiba-tiba saja datang mengganggu, para
karyawan yang sudah belajar SEFT, dapat langsung mempraktekkan SEFT
pada masalah tersebut. Sehingga, pada gilirannya, performance kerja
meningkat dan target dari perusahaan dapat segera terpenuhi.
Sedangkan
materi tambahan, didesign agar para peserta pelatihan dapat menerapkan
SEFT ini untuk meraih kesuksesan dan kebahagiaan hidup, serta
meningkatkan kepedulian mereka pada masyarakat.